Anak
adalah karunia terbesar yang Allah berikan kepada setiap manusia yang sudah
berumah tangga, karena kehadiran anak menjadi pelengkap hidup, penerus
keturunan, penentram jiwa, dan pencipta bahagia. Jika kita ingin melakukan
sesuatu tentu semua harus ada persiapan dan perencanaan begitupun halnya dalam
mendidik anak. Alangkah indahnya jika persiapan menjadi modal utama dalam
mendidik karena sesuatu yang dijalankan tanpa persiapan maka hasilnya akan nihil
atau tidak sesuai harapan. Kesiapan dari berbagai sisi juga perlu diperhatikan
misalnya dalam hal materi, fisik, mental, dan spiritual.
Keluarga
merupakan sumber inspirasi pertama yang akan membentuk kepribadian anak.
Dikeluarga anak belajar bagaimana berkomunikasi, dikeluarga anak belajar
tentang nilai-nilai agama, dikeluarga anak belajar bagaiamana bersosialisasi,
dikeluarga anak belajar bagaiamana cara menghormati dan menghargai, dikeluarga
anak belajar memahami, dikeluarga anak belajar berbagi, dan mungkin masih
banyak hal lain yang dapat anak pelajari didalam keluarganya. Namun,
kenyataannya fenomena yang terjadi saat ini anak tidak mendapatkan sepenuhnya
pembelajaran itu dirumah. Jangan salahkan anak jika suatu hari nanti ketika
mereka mulai menjajaki masa remajanya, mereka akan mencari sesuatu yang lebih
nyaman diluar, jangan salahkan anak jika mereka mencari perhatian diluar, dan
jangan salahkan anak jika kepribadian dan perilaku mereka terbentuk tidak
sesuai dengan harapan orangtua. Produk anak merupakan produk yang dibentuk oleh
orangtua, meskipun lingkungan mempengaruhi tapi kekuatan terbesar yang
membentuk kepribadian anak ada pada orangtua. Hal ini dilakukan karena mereka
tidak menemukan kenyaman, perhatian, kasih sayang, dan cinta dilingkungan
terdekat mereka yaitu keluarga.
Lalu
pertanyaannya, jika hanya kekerasan, celaan, hinaan, perkelahian, permusuhan serta
kemarahan yang terbentuk dikeluarga dan hal itu terus menerus mereka dapati dan
rasakan, lalu bagaimana anak belajar tentang hidup? Bisa jadi anak akan belajar
bagaimana ia memaki, tidak percaya diri, menyesali diri, atau bahkan yang lebih
parah dia akan bersikap rendah diri dihadapan orang lain. Mungkin pertanyaan
selanjutnya, lalu bagaimana anak terbentuk dikeluarga? Mungkin praktek tak
semudah teori, tapi apa salahnya jika kita berusaha untuk mencoba. Ya, salah
satu kuncinya mungkin dengan cinta dan kasih sayang sepenuh jiwa. Cinta adalah
bahasa kalbu yang paling baik dengan cinta kita bisa bicara. Anak yang keras
ketika dididik dengan kelembutan dan cinta maka secara perlahan ia akan luluh
dan tunduk, karena cinta bisa menakulukan kekerasan dan menundukan amarah. Berbahagialah
bagi orangtua yang sudah menghadirkan dan mendidik anak dengan cinta
ditengah-tengah keluarganya karena hal ini dapat mengikat memori anak terhadap
cinta dan kasih sayang yang orangtua berikan untuk dirinya, bukan untuk
sementara waktu tapi bahkan sampai selamanya. Ketika anak sudah terisi dengan
cinta dikeluarganya maka ia tidak akan bersusah payah mencari-mencarinya
diluar, justru mungkin ia akan membagi cintanya ke sesama.
Mudah-mudahan
cara sederhana ini akan melahirkan bahagia dikeluarga. Ayo sama-sama kita
belajar mendidik dan membangun karakter anak dengan cinta dan kelembutan,
sehingga apa yang kita sampaikan dapat diterima dengan kesenangan hati mereka.
Tidak ada pendidikan khusus untuk menjadi orangtua yang sempurna, karena semua
orangtua adalah sempurna.
“Orangtua
adalah sosok yang tidak pernah pamrih atas apa yang ia berikan dalam
membesarkan anak-anaknya. Orangtua juga tidak pernah menyimpan dendam atas
sikap-sikap anaknya yang menyayat hatinya. Sebaliknya, untaian doa justru tidak putus-putusnya ia panjatkan dan
samudera maaf selalu ia berikan untuk keselamatan.”
Bumi Allah,
Liawati Anakumi
0 komentar:
Posting Komentar
Terima Kasih sudah mau mampir di Blog ALmasyuq, untuk menjalin silaturahim dan saling kunjung silahkan tinggalkan jejak blogger di komentar ini.. thankiu. Selamat Berkarya Blogger Indonesia!!